
Menurut catatan yang saya tilik dari Ensiklopedia, Debussy merupakan pelopor daripada musik modern. Dia berhasil mengeksplorasi nada-nada secara menyeluruh dan membuatnya mengalir tanpa terikat pola tertentu. Musiknya langsung menimbulkan kesan yang kuat sehingga pikiran pun tak sempat menganalisisnya. Seperti membanjiri pendengarnya dengan ribuan warna seperti titik-titik warna yang menyusun sebuah lukisan.
Seringkali kesan itu berupa visual. Saya sering terbayang garis-garis yang melingkar, sapuan kuas yang lembut, cahaya dari pemandangan yang tajam dan gerakan-gerakan mengalir alamiah saat mendengar musik Debussy. Contohnya pada komposisi La Mer. Saya benar-benar terbayang akan laut, ombak dan camarnya. Bahkan sedemikian detail kesan itu pada saya sehingga saya seakan-akan sedang berbaring di atas pasir. Ada kesiur angin meniup rumput yang menyembul dari pasir tak jauh dari tempat saya berbaring. Lalu gesekan strings yang menyeruak di antara alunan instrumen tiup itu serupa riuh rendah kicauan camar. Musik Debussy melemparkan saya dalam alam khayal yang dibawa oleh gugusan nada-nadanya. Saya sendiri lebih suka menyebut musik semacam ini sebagai musik sinematografis. Musik yang melukiskan kejadian seperti film.

Bagi saya yang tak paham benar teori musik, kesan adalah hal yang utama. Tentu saja. Mendengar musik yang tak berkesan akan seperti menemukan sampah di jalan yang kita lewati namun kita abaikan begitu saja. Dipungut juga tidak.
Sagan-Jogja, 29 September 2007
Post a Comment