El Laberinto del Fauno: Film tentang Dunia Dongeng Terbaik

Film yang dalam edisi Inggrisnya berjudul Pan’s Labyrinth ini merupakan satu dari sedikit film Spanyol yang beredar secara luas. Kematangan desain kostumnya mendapat ganjaran piala Oscar pada tahun 2007, menempatkan Guillermo del Toro sebagai sutradara yang diperhitungkan setelah dikenal orang lewat debutnya menyutradarai Blade II dan Hellboy.

Pan’s Labyrinth

Dikisahkan bahwa di dunia bawah hidup seorang putri yang tertarik untuk mengunjungi dunia atas. Dunia bawah digambarkan sebagai tempat yang kelam namun tenang dan damai sementara dunia atas penuh dengan warna, cahaya matahari dan keindahan. Suatu saat sang putri melarikan diri dari istana untuk pergi ke dunia atas. Malang baginya, sinar matahari yang begitu terang lantas membutakannya. Karena ia tersesat dan tak tertolong lagi maka ia meninggal di sana. Mengetahui hal ini, sang raja ayahnya berduka. Namun ia percaya bahwa suatu saat roh putrinya akan kembali ke istana dengan suatu cara.

Adalah Ofelia, gadis yatim yang kini mempunyai ayah tiri bernama Kapten Vidal. Sejak itu hidupnya tak lagi menggembirakan. Ia harus bersikap manis pada ayah tirinya yang bengis. Ia juga harus menjaga kesehatan ibunya yang saat itu sedang hamil. Sementara itu perang yang tak kunjung selesai. Yang menghiburnya adalah Mercedes, pengasuhnya yang baik hati. Hanya pada dialah ia bisa lari dari segala kesedihannya.

Suatu saat ia memasuki sebuah Labirin misterius yang keramat. Di sana ia bertemu dengan Sang Faun yang memberitahu bahwa ia adalah seorang putri. Faun adalah utusan ayahnya untuk menjemputnya. Tetapi ia tak bisa pulang begitu saja. Ofelia harus melewati tiga ujian yang diberikan oleh Sang Faun. Ujian pertama bisa ia lewati dengan gemilang tetapi ia gagal pada ujian kedua. Sang Faun marah dan tak mau menemuinya lagi, artinya Ofelia akan tinggal di dunia manusia seterusnya, merasakan sakit dan penderitaan. Untunglah Sang Faun memaafkannya dan bersedia memberikan ujian terakhir. Ujian yang terakhir ini begitu berat bagi Ofelia.

Saat hal yang perlu kita garis bawahi sebelum menonton film ini adalah bahwa ini samasekali BUKAN FILM UNTUK ANAK-ANAK. Ada banyak adegan kekerasan di dalamnya. El Laberinto del Fauno (ELDF) adalah film tentang dongeng yang unik. Ada kritikus yang menyebutnya a Fairytales for the Growns (dongeng untuk orang dewasa). Bisakah anda bayangkan kisah peri-peri yang berbaur dengan cerita perang. Selain sihir dan mukjizat juga ada pistol dan peluru.

Begitulah. ELDF meramunya dalam sebuah film dengan cerita yang apik, tata cahaya yang indah, kostum yang sangat luar biasa dan tak ketinggalan pula music score yang sangat menyentuh. Pantaslah ia dapat ganjaran piala Oscar.

Kostum dan art design ELDF membuat kita tercengang. Perhatikanlah desain karakter Sang Faun yang jauh dari Faun tradisional di buku-buku mitologi. Faun (dalam bahasa Inggris Pan) adalah makhluk dewata berwujud manusia berkepala kambing. Dalam ELDF ia tak cuma digambarkan begitu saja. Sosoknya seperti pohon tua yang menyatu dengan lingkungan sekelilingnya, dinding labirin yang berlumut.

Tak cuma kecanggihan tata artistik, kita bisa melihat akting para pemain dalam film ini yang benar-benar pas. Kesempurnaan akting Doug Jones membuat kita merasa bahwa tokoh aneh ini benar-benar nyata. Ekspresinya yang misterius membuat kita bimbang apakah ia tokoh yang baik atau bukan. Sementara itu Ivana Baquero membawakan karakter Ofelia dengan wajar dan meyakinkan. Gadis kecil ini meskipun cantik, parasnya terselimuti kesenduan karena beban hidup yang menimpanya.

Ada pula Sergi Lopez memerankan Kapten Vidal yang begitu meyakinkan sebagai sosok kejam, disiplin dan sedingin es. Namun adegan paling menyeramkan yang dilakukannya bukanlah saat ia memukuli wajah orang sampai hancur atau saat menembak kepala musuh dengan santainya, melainkan saat ia terluka oleh pisau Mercedes. Luka itu merobek pipinya hingga ia harus menjahitnya sendiri. Anda boleh menyipitkan mata untuk membayangkan nyerinya. Apalagi melihat darahnya merembes dari perban saat ia minum. Hasil dari tata rias yang luar biasa.

Selain kecemerlangan penggarapan visual itu kita boleh memuji musik yang menguatkan jiwa film ini. Betapa sendunya lagu nina bobo yang dibawakan Mercedes untuk menenangkan Ofelia. Komposer film Javier Navarette menggubahnnya dalam nada-nada minor sederhana. Begitu mudah diingat tetapi sangat indah. Seolah-olah kita pernah mendengarnya ketika masih dalam janin sang bunda.

Setelah menonton film ini kepala kita masih akan terus dipenuhi dengan bayangan Sang Faun, wajah bengis Kapten Vidal serta penderitaan Ofelia. Tak ada film dongeng sekelam sekaligus seindah film ini. Ingatlah, ini bukan film untuk anak-anak! Benar-benar dongeng untuk orang dewasa….

Artikel dengan kata kunci terkait:

Bagikan artikel ini :

Post a Comment

 
Copyright © 2011.   JAVORA INSTITUTE - All Rights Reserved