Don membutuhkan seorang pengawal yang tangguh macam Tony untuk perjalanan tur konser di beberapa daerah di Amerika. Saat itu tahun 60an, Amerika masih rasis-rasisnya. Kondisi sosial tidak cukup baik bagi orang kulit hitam seperti Don. Meskipun Don lebih kaya dari kebanyakan kulit putih di sekitarnya. Ironisnya, Tony yang kulit putih termasuk warga miskin. Belum lagi ia keturunan Italia, kaum imigran, yang mana juga cukup direndahkan oleh warga Amerika kaukasian lainnya.
Sifat Tony yang "waton njeplak" berkebalikan dengan Don yang sangat santun dan penuh etiket. Selama perjalanan Don berkali-kali mewanti agar Tony tidak kebangetan berulah. Relasi profesional mereka berdua cukup terasa aneh. Seorang kulit hitam kaya membayar orang kulit putih miskin memang terasa ironi pada masa itu. Namun kelak interaksi Tony dan Don yang canggung ini berubah makin cair. Adegan makan KFC adalah salah satu yang cukup "heartwarming".
Judulnya sendiri, Green Book mengacu pada sebuah buku panduan perjalanan berjudul "The Negro Motorist Green Book". Nama lain buku ini adalah The Negro Motorist Green-Book, The Negro Travelers' Green Book, atau cukup disebut the Green Book saja. Buku yang terbit tahunan ini adalah panduan khusus buat pelancong kulit hitam Amerika. Aslinya diterbitkan oleh seorang Afro-American bernama Victor Hugo Green asal New York. Buku ini beredar antara tahun 1936 hingga 1966, selama era "Jim Crow laws", dimana diskriminasi untuk warga kulit hitam dilakukan terang-terangan dan bahkan beberapa legal. Buku ini menjadi penting karena beberapa warga kulit hitam telah mencapai status kelas menengah, cukup punya uang untuk bepergian antar negara bagian. Di film ini, Don memberikan Green Book pada Tony sebagai panduan mencari tempat penginapan yang ditujukan untuk orang kulit hitam.
Ini bukan tipe film yang membutuhkan twist dan klimaks. Ini adalah sebuah road movie yang mana sajian lezatnya terletak pada interaksi antar karakternya. Don adalah seorang yang cerdas dan berpendidikan. Apalagi soal musik. Tapi sepanjang jalan ia justru ":dikuliahi" oleh Tony yang akrab dengan musik-musik pop kulit hitam, yang jarang disentuh oleh Don yang lebih banyak main klasik.
Green Book adalah film yang mengungkapkan ironi kaum kulit hitam Amerika tahun 60an. Misalnya Don Shirley. Ia memang diperlakukan hormat sebagai artis, disambut dengan senyum. Akan tetapi sebagai pribadi ia tetaplah didiskriminasi. Konon, kenapa orang kulit putih tetap memerlukannya? Karena sajian musiknya akan membuat mereka (kaum kulit putih itu) merasa berbudaya. Ini sebuah pola pikir snobisme. Begitu panggung usai, Don akan menjadi warga sebagaimana kulit hitam pada umumnya. Ia tak boleh pakai toilet umum (yang hanya untuk orang kulit putih). Ia juga tak boleh makan di restoran (lagi-lagi hanya untuk kulit putih). "sudah tradisi" kata manajernya. Kemudian Tony akan menjadi sosok kulit putih penyelamatnya, "white savior".
Green Book adalah film yang menyenangkan. Hanya saja sayangnya, musik-musik yang dimainkan Don di konser kok kurang nyantol di telinga saya ya. Saya asing dengan komposisi karya Don Shirley (yang mana memang berdasarkan tokoh yang nyata). Apakah di tur konser dia memainkan karyanya sendiri ataukah karya komposer klasik? Saya belum mencari tahu. Selain yang diputar di mobil, musik yang menggembirakan adalah yang dimainkan Don di sebuah bar kulit hitam. Itu adegan favorit saya selain yang makan KFC.
Saya bilang ini film yang heartwarming (but not memorable enough). Tapi tetap saja layak ditonton karena performa duo Mahershala Ali dan Viggo Mortensen sungguh enak diikuti. Ali yang kharismatik dan Viggo transformatif. Ini bukan Viggo sebagaimana yang nampak di Lord of The Ring, Eastern Promises dan A History of Violence.
Di Green Book Viggo sungguh pas sebagai Tony. Tony "Lip" Vallelonga, seorang warga imigran, gemar makan banyak, mulut asal ngomong, suka berantem namun baik hati dan bersahabat. Interaksinya dengan karakter Don Shirley yang berkebalikan membuat kita menginvestasikan ekspektasi-ekspektasi. Apa yang akan terjadi jika Tony begini dan begitu? Perasaan kita akan mengalir bersama perjalanan mereka berdua.
Oh ya, Linda Cardellini sebagai Dolores Vallelonga merupakan screen stealer yang manis menurut saya. Sosok perempuan idaman yang klasik.
A trivia. Sebagaimana Don Shirley, jelas karakter Tony juga berdasarkan tokoh nyata. Lha wong memang berdasar kisah nyata. But do you know this fact? Tony Vallelonga yang asli ternyata juga seorang aktor. Ia pernah dapat peran kecil di film-film legendaris: The Godfather, Raging Bull, Goodfellas dll.
Nilai saya untuk film ini adalah 85 dari 100.
Post a Comment