(oleh Gugun Arief, “handmade” filmmaker)
MULAI DARI ALAT
Mari kita mulai dulu dari peralatan yang digunakan. Video dan film (sinema) berbeda secara fisik. Video adalah gambar yang terekam secara magnetis atau digital dalam media rekam. Kalo kita lihat media rekamnya, nggak keliatan gambarnya. Diputer di alat pemutar baru nongol gambarnya. Contohnya coba lihat pada kaset video. Kalau anda cabut pitanya, gambarnya nggak keliatan di sana. Sedangkan film, gambar direkam oleh emulsi kimia peka cahaya. Kalau kita terawang pita film, gambarnya akan kelihatan. Untuk bisa menikmatinya sebagai produk akhir, dibutuhkan alat pemutar (projector) yang akan memproyeksikan gambar itu secara optik di layar. Itu tadi definisi paling gampang soal video dan film secara fisik.
Teknologi video adalah perkembangan lanjutan dari teknologi film seluloid. Film sendiri pada mulanya berkembang dari teknologi fotografi. Makanya meski urusannya gambar bergerak istilah “Director of Photography” digunakan. Seorang sinematografer musti paham kaidah-kaidah dasar fotografi sekaligus juga menguasai teknik videografi (jika filmnya memakai teknologi video).
Beberapa orang membedakan secara lebih detail perbedaan sinematografer dengan director of photography. Tapi itu bukan bahasan saya di artikel ini. Yang jelas perkembangan teknologi berpengaruh banyak dalam cara kita mendefinisikan sinematografi nantinya. Sekarang ini definisi video dan film telah bergeser secara esensial. Ada wilayah-wilayah yang beririsan dan bisa saling dipakai satu sama lain. Seorang videografer pun bukan tak mungkin menjelajahi sinematografi dan sebaliknya. Banyak filmmaker yang berawal dari videografer.
Sudah tak terhindarkan lagi, teknologi film sudah banyak digantikan video. Tontonan layar lebar yang dulunya dibuat pakai film, sekarang banyak digantikan video. Film-film blockbuster yang anda tonton di bioskop banyak yang disyuting penuh menggunakan teknologi video. Namun lucunya produknya sendiri masih disebut film.
ESENSI SINEMATOGRAFI
Secara umum, dalam kompetisi, lomba dan atau festifal film ada kategori sinematografi terbaik namun tidak ada kategori videografi terbaik. Kenapa? Karena sinematografi lebih kompleks dibandingkan dengan videografi.
Videografi adalah hal-hal mengenai produksi karya audio visual yang memakai teknologi video: kamera, komputer editing, audio dll. Praktisinya disebut sebagai videografer. Karya yang tercakup dalam kerjaan videografer antara lain: dokumentasi, video klip, company profile dll. Karya-karya tersebut memerlukan pemahaman teknis soal cara penggunaan kamera, olah gambar, editing, pencahayaan dll. Dengan demikian biasanya videografer bekerja dalam tim yang lebih kecil. Seringkali ia sendiri yang pegang kamera. Videografer tidak dipusingkan dengan naskah, storytelling, blocking dll.
Sinematografi adalah hal-hal mengenai tata audio visual sebuah film. Agar bisa paham apa cakupan sinematografi, kita musti pahami dulu apakah pengertian substansial dari film.
Film adalah karya audio visual yang bercerita lewat karakter dalam plot tertentu. Tak peduli teknologi yang dipakai, asalkan karya tersebut menceritakan sesuatu lewat karakter maka disebut sebagai film. Cerita adalah tulang punggung sebuah film.
Karena dalam membuat film diperlukan banyak orang yang spesifik mengurusi satu bagian tertentu maka terjadi pembagian kerja kreatif. Sinematografi adalah kerja kreatif khusus yang berhubungan dengan audio visual (suara dan gambar). Sinematografer adalah seorang profesional yang memimpin beberapa orang dengan spesifikasi kerjaan teknis khusus (kameraman, tukang lampu, audio dll.) bekerja dekat dengan sutradara membantu mewujudkan visinya. Ia menjadi perwakilan mata sang sutradara. Ia harus memahami cerita yang sedang difilmkan, detail emosi, detail nuansa dan sebagainya. Itu nanti yang akan menjadi bahannya untuk mengeksekusi konsep visual sesuai visi sutradara. Maka, menjadi sinematografer musti punya wawasan konseptual dan kemahiran visual sekaligus.
Sejak berkembangnya teknologi video, sinematografer pun sebagian berurusan dengan videografi. Kamera apa yang cocok untuk adegan tertentu, lampu apa yang digunakan untuk memunculkan mood tertentu, bagaimana nanti visual effect di post produksi bisa dilakukan lebih praktis dll. Jadi videografi dalam hal ini bisa menjadi bagian dari sinematografi, namun tidak sebaliknya. Kalau sinematografi lebih ke konsep dan eksekusi audio visual sebuah film. Videografi lebih membahas hal-hal yang teknis, spesifik soal teknologi rekam video.
SINEMATOGRAFI DI ERA KIDS DAN OM-OM JAMAN NOW
Ini adalah jaman yang kita syukuri karena teknologi video jadi sangat terjangkau dan semua bisa bikin film. Alternatif putar film pun tak cuma di ruang-ruang bioskop namun juga di platform internet. Maka tak heran banyak orang dengan modal kamera dan bisa ngedit video lantas bilang dirinya sinematografer. Saya tak bermasalah dengan hal ini. Karena sinematografi adalah soal mewujudkan visi, bukan sekadar alat atau tim seabreg. Teknologi bisa usang tapi kreativitas visual manusia terus berjalan. Anda tentu ingat, komputer yang dipakai untuk bikin Jurassic Park kalah canggih dengan komputer yang anda pakai saat ini. Kamera untuk syuting Gone with The Wind, udah nggak praktis dibanding dengan kamera jaman sekarang.
Orang mulai jarang mau repot-repot syuting dengan seluloid kecuali beberapa filmmaker fanatik macam Nolan dan Tarantino. Cara produksi pun tak melulu mengikuti kaidah baku karena perubahan teknologi memangkas banyak kerepotan. Dulu sinematografer mutlak dibantu banyak orang karena teknologinya nggak praktis. Jaman berubah. Kini teknologi memungkinkan satu orang bisa menjadi semuanya: sutradara, kameraman, sinematografer, editor dan bahkan komposer. Bagi saya hal ini nggak perlu diejek. Atau kalau anda sangat perlu bahan ejekan, ejeklah Robert Rodriguez hehehe. Dia lah pelopor istilah “one man crew”. Dia sangat benci kalo kameranya dipegang orang lain.
Pada akhirnya relevansi perbedaan sinematografi dan videografi adalah soal kemana karya kita diarahkan. Kalau anda enjoy dibayar mengabadikan pasangan prewedding, bikin video 5 menitan yang isinya slomo atau aerial drone shot, atau dapet duit dari bikin company profile, demen nyobain gear terbaru, suka ngobrolin alat-alat baru di grup Whatsapp maka mungkin videografi adalah dunia anda. Sedang bagi anda yang ingin mengolah konsep visual yang paling pas dengan narasi, bekerja dengan naskah, aktor dan setting, memutar film di festival atau bahkan bioskop, mungkin anda cocok dengan dunia sinematografi.
Terakhir… kalo anda terinspirasi oleh nama di bawah ini maka anda akan tahu lebih pas di mana.
SAM KOLDER!…videografi
ROGER DEAKINS!…sinematografi.
ROGER DEAKINS!…sinematografi.
Sekian. Angkat kamera anda dan mulailah syuting samting
Post a Comment