Tadi baru nonton RED EAGLE, film superhero Thailand. Awal film mulai, aku terkenang akan Christopher Nolan, maestronya film superhero "berat" yang nggak "campy". Banyak iklan terang-terangan muncul sebagai background. Begitu masuk opening title, teringat bau-bau James Bond. Liat kostum Red Eagle, aku ingat Robin (sidekick Batman) dan Green Hornet, lihat Black Devil (villain Red Eagle) ingat pada Doctor Doom di Fantastic Four. Begitu film habis separuh lebih semua pengharapan indah buyar berantakan.
Awalnya aku merasa ini film yang potensial. Kucoba bersabar walau alur bertuturnya kendor kenceng-kendor kenceng. Ternyata hancur lebur. Maunya bikin twist tapi hasilnya malah jadi keplintir-plintir nggak karuan. Banyaknya karakter muncul dengan misinya sendiri-sendiri nggak jelas. Jangan bayangkan bahwa semua karakter itu koheren dengan plot utamanya. Yang ada malah kita disorientasi plot dan inti ceritanya. Apakah ini kisah tentang Red Eagle yang vigilante dan psycho itu sendiri? Atau kisah tentang pengkhianatan janji seorang politisi (yang wajah aktornya mengingatkanku pada Anas Urbaningrum)?
Sebenarnya persona alter ego Red Eagle sendiri menarik. Dia adalah manusia dengan penuh amarah. Kecanduan terhadap rasa sakit (yang juga mengakibatkannya terus memakai morfin). Sehabis bertarung tubuhnya pasti penuh luka. Manusiawi banget. Kemuakan pada sistem membuatnya bertindak di luar hukum. Agak mengingatkan pada Bruce Wayne tanpa gemerlap dan kekayaan. Tapi sosok alter ego Red Eagle ini nggak kunjung digali lebih dalam. Sosoknya terlalu kabur sehingga dia terkesan cuma vigilante biasa. Kalaupun ada kelebihan mungkin ya karena dia agak psycho. Dia suka memotong tangan dan membabat kepala. Hampir semua korbannya mati dengan tubuh tak utuh. Yang mengganggu "suspension of disbelief" saya adalah bahwa si Red Eagle ini sering terlihat terlalu sakti untuk seorang yang nggak kebal peluru. Tambahan lagi dia mempunyai "ginkang" yang luar biasa. Bisa melompat-lompat gedung lebih baik dari praktisi parkour sekalian. Lebih aneh lagi. Ada senjata yang bisa memotong logam tapi nggak mempan memotong es. Baju zirah yang kebal peluru tapi kok bisa koyak kena bongkahan es.
Aku nggak familiar dengan aktor-aktor Thailand kecuali Tony Jaa (karena fenomenal lewat Ong Bak) dan Bongkoj Khongmalai (main satu film ama Tony Jaa di Tom Yum Goong, wajahnya mirip banget ama Masayu Anastasia). Film ini diisi dengan jajaran casting yang lumayan. Akting mereka bagus dan nggak "wagu". Actionnya lumayan walau kurang fresh. Action directornya harusnya bisa bikin lebih greget lagi. Pada beberapa scene CGI-nya kurang terpoles dengan baik. Koreografi laganya standar. Padahal dengan kostum semacam itu mustinya tata kelahinya bisa lebih eksploratif. Sedikit banget lho superhero dengan kostum yang practical untuk combat. Lihat aja Batman, sangat gak praktis buat grappling. Superman? Walaahhhh...kalau musuhnya gay pasti dilecehin tuh (no offense bagi yang gay).
Jadi? Aku menjadi disorientasi berat dalam menonton film ini. Twistnya tanpa arah. Banyak adegan nggak penting. Satu-satunya adegan yang kuingat adalah adegan seks di ruang es. Panas dalam dingin (bisa "erectus' nggak ya? Hi hi hi). Ketika film rampung muncul tulisan "to be continued"! Walaaaaaaah....jadi ke-nggakjelas-an tadi masih mau disambung lagi toh?
Sampeyan sekalian ada yang udah nonton Mercury Man yang juga made in Thailand itu? Ada pendapat soal perbandingan? Well...ini bukan film yang "layak" untuk jadi one of good superhero film. Kalau sampeyan adalah penggemar atau pengamat khusus genre superhero ya tonton aja sih. Karena ini film remake yang juga diangkat dari novel lawas mungkin ada baiknya mencari info tentang film asli dan novelnya. Dulu karakter ini ngetop di Thailand.
Oleh: Gugun Arief Gunawan
Dikirim di grup Facebook Obrolan Layar Lebar
Tertanggal 17 Desember 2012 pukul 1:32
![]() |
Red Eagle (2010) |
Sebenarnya persona alter ego Red Eagle sendiri menarik. Dia adalah manusia dengan penuh amarah. Kecanduan terhadap rasa sakit (yang juga mengakibatkannya terus memakai morfin). Sehabis bertarung tubuhnya pasti penuh luka. Manusiawi banget. Kemuakan pada sistem membuatnya bertindak di luar hukum. Agak mengingatkan pada Bruce Wayne tanpa gemerlap dan kekayaan. Tapi sosok alter ego Red Eagle ini nggak kunjung digali lebih dalam. Sosoknya terlalu kabur sehingga dia terkesan cuma vigilante biasa. Kalaupun ada kelebihan mungkin ya karena dia agak psycho. Dia suka memotong tangan dan membabat kepala. Hampir semua korbannya mati dengan tubuh tak utuh. Yang mengganggu "suspension of disbelief" saya adalah bahwa si Red Eagle ini sering terlihat terlalu sakti untuk seorang yang nggak kebal peluru. Tambahan lagi dia mempunyai "ginkang" yang luar biasa. Bisa melompat-lompat gedung lebih baik dari praktisi parkour sekalian. Lebih aneh lagi. Ada senjata yang bisa memotong logam tapi nggak mempan memotong es. Baju zirah yang kebal peluru tapi kok bisa koyak kena bongkahan es.
Aku nggak familiar dengan aktor-aktor Thailand kecuali Tony Jaa (karena fenomenal lewat Ong Bak) dan Bongkoj Khongmalai (main satu film ama Tony Jaa di Tom Yum Goong, wajahnya mirip banget ama Masayu Anastasia). Film ini diisi dengan jajaran casting yang lumayan. Akting mereka bagus dan nggak "wagu". Actionnya lumayan walau kurang fresh. Action directornya harusnya bisa bikin lebih greget lagi. Pada beberapa scene CGI-nya kurang terpoles dengan baik. Koreografi laganya standar. Padahal dengan kostum semacam itu mustinya tata kelahinya bisa lebih eksploratif. Sedikit banget lho superhero dengan kostum yang practical untuk combat. Lihat aja Batman, sangat gak praktis buat grappling. Superman? Walaahhhh...kalau musuhnya gay pasti dilecehin tuh (no offense bagi yang gay).
Jadi? Aku menjadi disorientasi berat dalam menonton film ini. Twistnya tanpa arah. Banyak adegan nggak penting. Satu-satunya adegan yang kuingat adalah adegan seks di ruang es. Panas dalam dingin (bisa "erectus' nggak ya? Hi hi hi). Ketika film rampung muncul tulisan "to be continued"! Walaaaaaaah....jadi ke-nggakjelas-an tadi masih mau disambung lagi toh?
Sampeyan sekalian ada yang udah nonton Mercury Man yang juga made in Thailand itu? Ada pendapat soal perbandingan? Well...ini bukan film yang "layak" untuk jadi one of good superhero film. Kalau sampeyan adalah penggemar atau pengamat khusus genre superhero ya tonton aja sih. Karena ini film remake yang juga diangkat dari novel lawas mungkin ada baiknya mencari info tentang film asli dan novelnya. Dulu karakter ini ngetop di Thailand.
Oleh: Gugun Arief Gunawan
Dikirim di grup Facebook Obrolan Layar Lebar
Tertanggal 17 Desember 2012 pukul 1:32
Post a Comment