STORYTELLING VS ENGAGEMENT (BELAJAR DARI TOKUSATSU)

Kemarin-kemarin saya percaya bahwa storytelling adalah kunci sukses sebuah film. Storytelling adalah urusan "memanipulasi" informasi agar penonton percaya dan terlibat (engaged). Namun belakangan ini saya mulai melihat ada kemungkinan lain.

Untuk membuat penonton terlibat, engaged, bisa juga tanpa storytelling. Engagement adalah hal yang bisa bikin penggemar jatuh cinta. Lha namanya cinta kan gak peduli latar belakangnya. Kita bisa kesengsem sama Ultraman tanpa peduli dia anak siapa, sukunya apa, agamanya apa...


Saya mengambil film-film tokusatsu atau super sentai sebagai contoh kasus. Saya tak paham kenapa film-film itu digemari gila-gilaan meski mengusung dunia dan cerita yang unbelievable. Tokoh-tokoh yang sehari-hari pakai kostum, jagoan yang bisa "henshin" tanpa kejelasan dalil fisika, asal-usul yang menimbulkan tanda tanya besar, dunia monster yang absurd dll. Belum lagi sinematografi yang tanpa polesan. Dishoot sederhana layaknya FTV tanpa ambisi lebih membuat gambar-gambar yang kuat.

Saya bertanya-tanya pada diri sendiri kenapa saya nggak bisa menikmati sajian macam ini. Film-film tokusatsu dan super sentai punya fans base jutaan di seluruh dunia, kenapa saya bukan salah satunya? Bagaimana bisa karakter-karakter itu bisa dapet engagement masif?

Apa mungkin karena jutaan fansnya menyukai karena itu mereka tonton sedari kecil? Jadi ketika mereka dewasa, karakter-karakter kesukaan mereka udah engaged ke selera mereka. Karena itulah saya pikir storytelling bukan satu-satunya (meski saya tetep aja mendewakannya hehehe). Ketika satu karakter dalam film udah punya fans base yang artinya engagementnya solid dan lama maka kayaknya penceritaan bisa dikesampingkan. Tuh film absurd gak absurd tetep punya massa penonton. Toh cerita tapi kalo gak engage ke yang nonton percuma juga.

Hal yang sama mungkin terjadi pada konten yutub. Kok bisa satu konten yang saya pribadi gak tau bagusnya di mana disukai banyak orang. Saya tahu pandangan tiap orang akan bagusnya sesuatu itu berbeda-beda. Apalagi selera saya juga terlalu sempit. Namun yang pasti, karya-karya itu sudah punya engagement khusus ke pemirsanya.

Jadi kalo ukuran suksesnya cuma agar disukai penonton kayaknya gak papa gak mahir storytelling asal udah punya engagement dengan mereka hehehe ...

Tapi cuman ngomong kek gini gampang ya...hmmm

Artikel dengan kata kunci terkait:

Bagikan artikel ini :

+ comments + 1 comments

Post a Comment

 
Copyright © 2011.   JAVORA INSTITUTE - All Rights Reserved