FILM YANG MENCERAMAHI VS FILM YANG NGAJAK MERENUNG

Saya membagi cara menyampaikan gagasan dalam film itu ke dalam dua cara. Yang pertama adalah dengan cara propaganda, yang kedua adalah dengan cara kontemplatif. Propaganda dan kontemplatif juga menjadi istilah yang saya pakai untuk menyebut jenis-jenis film tertentu.

Hayo ini film mana?

Film propaganda adalah jenis film yang mana pembuatnya sudah menyimpulkan "mana yang benar" dan "mana yang salah", serta bagaimana seharusnya sang tokoh bersikap. Misalnya film G30S/PKI karya Arifin C. Noer.

Sedangkan film kontemplatif adalah film yang menyodorkan satu hal atau kejadian untuk dijadikan bahan renungan bagi penonton. Film kontemplatif tidak membuat penilaian "benar dan salah" melainkan hanya menyodorkan konsekuensi dari sikap atau perbuatan tertentu. Kadang juga nggak menyajikan solusi. Kadang juga cuma menyodorkan kejadian sebagai kejadian. Salah satu contohnya adalah film Antichrist karya Lars Von Trier.

Kalo dalam bahasa gampangnya, film propaganda adalah film yang berceramah, kalau film kontemplatif adalah film yang mengajak merenung.

Nah yang namanya penggolongan biasanya mengambil hal-hal umum saja. Ada film-film yang secara visual mungkin tampak sebagai non propaganda tapi secara substansi adalah propaganda dari filmmakernya. Contoh terbaik adalah film-film karya Deddy Mizwar. Film-film Deddy Mizwar secara adegan tidak bisa dikatakan menceramahi, namun secara ideologis pasti itu mewakili relijiusitas Dedy Mizwar sebagai Muslim. Sama kayak Schindler List yang mewakili pandangan komunitas Yahudi lewat mata Steven Spelberg. Contoh lainnya adalah film Platoon karya Oliver Stone. Ini film anti perang tapi isinya isinya malah adegan perang.

Nah, anda termasuk yang mana? :)

Artikel dengan kata kunci terkait:

Bagikan artikel ini :

Post a Comment

 
Copyright © 2011.   JAVORA INSTITUTE - All Rights Reserved