Gini...
Kita merasa nggak yakin sebagai "orang Indonesia" kalo nggak pake batik, nggak ngomong Indonesia, nggak mempromosikan pariwisata, nggak mengangkat nilai lokal...dll
Wait wait wait! "Kita"? Loe aja kaleee...
Nggak ah. Kowe yo ngono!
Hahahahhhh
Dalam keyakinan saya berkarya. Menjadi Indonesia adalah proses seumur zaman. Meskipun saya bikin film action, sci-fi, horror...jati diriku yang Indonesia mustinya sudah terasa dalam setiap gaya filmku, tanpa harus berkoar.."Inilah karya anak bangsa", "Inilah karya yang mengangkat kearifan lokal" dan bla bla bla... Idealnya begitu ya. Prakteknya entah nanti...yang penting kan ber-teori dulu hehe
Saya sih sepakat ama Joko Anwar kalo film itu ditonton ya karena emang bagus, bukan karena "solidaritas sesama bangsa" (widihhh)
Fenomena hipernasionalis ini terasa banget kalau kita simak komentar di social media ya...kalo ada aktor luar pakai unsur budaya kita, kita itu heboh banget. Misal (misalnya aja loh) ada Miyabi pakai batik, biasanya pada heboh di komentar. "Wow batik is from Indonesia. Bangga loh!" (BTW saya dulu denger isu Miyabi pake batik itu dari siapa ya? Ada yang inget?)
Kenapa ya orang Amerika nggak heboh sebaliknya? "Wow Indonesian loves SpongeBob! Wow Indonesia can speak English!"...bla bla blah...
Sementara itu identitas suatu negara itu kenapa bisa begitu kuat? Misalnya kalau kita nonton film Hollywood, Jepang, Iran dll. kita bisa merasa kalo film-film itu "mereka banget". Wow Amrik banget, wow njepang banget dll. Sementara mereka kan juga nggak selalu pake pakaian koboi untuk film Amerika, atau selalu promo-promo pakai kimono untuk film Jepang dll. Dengan kata lain, mereka nggak berusaha (secara "ngoyo") untuk beridentitas. Namun mereka menjadi wakil dari kebudayaan mereka sendiri.
Saya pikir sebagian orang kita memaknai nasionalisme itu terlalu sempit. Misalnya di lomba-lomba atau festival film pelajar, selalu ada kewajiban mengangkat kearifan lokal. Hasilnya kadang cuman film propaganda yang gagal. Kenapa gagal?
Nah, sekarang apa sih yang bikin film Indonesia dikenal di dunia?
Ternyata bukan Laskar Pelangi, bukan Ayat-Ayat Cinta kan?
Kenapa yang dikenal malah film yang "tidak mendidik" (ngiahahaha) kayak The Raid. Film apaan tuh? Isinya orang bunuh-bunuhan. Indonesianya mana?
Tapi ketika di Sundance, di Toronto dan festival film internasional lainnya orang-orang pada tahu kalau itu film Indonesia.
Jadi keindonesiaan kita dalam film, menurut saya dikenal lewat cara kita bertutur, bukannya apa yang kita tuturkan.
"Lohh Cak...kok ujung-ujunganya ngasih kesimpulan sendiri? Ngikut aliran propaganda berarti nih?"
Biarin hahaha aku wonge ncen ngene
Oiya nambah lagi... kalau The Raid itu katanya film Indonesia, dan dunia mengakuinya....kenapa kok sutradara dan D.O.P-nya orang bule? Emang nggak bisa pribumi bikin gitu?
Wuaduhhhh pitakonmu abottt, Mbahhhh! Hha ha ha (abis itu nangis trenyuh di pojokan).
Post a Comment