GARDA saya bikin dengan konsep:
-Naskah tak lebih 5 halaman
-Talents tak lebih 5 orang
-Produksi tak lebih 5 hari
-Satu sesi syuting tak lebih 5 jam (ternyata pada prakteknya kami lebih nyaman dengan batas maskimal 3 jam)
Tujuannya adalah untuk melatih skill filmmaking saya. Soalnya kadang apa yang saya visi-kan sering ada gap sewaktu eksekusi. Dalam proses syuting yang sehari maksimal 3 jam, saya menerapkan teknik "run n gun". Datang, shoot, pergi. Kadang akting dan koreografi juga di-rehearse langsung di lokasi beberapa menit sebelum syuting. Sering saya tak melengkapi dengan aksesoris kamera seperti rig. Lampu sesekali saya gunakan. Tujuannya melatih kepekaan terhadap lokasi. Dengan meminimalisir alat, saya memaksimalkan kontrol fisik terhadap kamera, talents dan lokasi.
Cara ini biasanya dihindari dalam produksi profesional atau industrial. Karena saya tak berkepentingan dengan hal-hal itu, maka saya bebas saja memakai teknik minimalis saya. Toh paling-paling cuma dibully para penonton kalo hasilnya jelek hehehe
Dalam produksi GARDA, saya memaksimalkan cerita, akting dan koreografi. Hasil produksi perdana kemarin tentunya masih jauh dari harapan. Namun saya tertarik untuk menantang diri saya. Produksi 5 hari itu sebenarnya masih terasa "kelamaan" buat saya. Mungkin saya harus menciptakan cara untuk menstabilkan gambar namun tanpa seperangkat rig yang ribet. Toh meskipun saya menganut Cinéma vérité, ada beberapa adegan yang saya rasa nanti sebaiknya diambil secara smooth.
Jadi GARDA ini sebenarnya "sekolah film" buat saya pribadi. Sarana saya melatih "Kungfu" sinematografi dan filmmaking secara luas.
Yang saya suka dalam produksi ini adalah...rasanya saya begitu senang dan merdeka.
Tonton GARDA Episode Perdana di sini atau ikuti terus channel Javora Pictures.
Post a Comment