Di jaman Inggris lama, hidup Wlliam beserta keluarganya:
Catherine sang istri, Thomasin anak gadis tertua yang baru merekah
kecantikannya, Caleb adiknya yang kadang nafsu melihat dada kakaknya, si kembar
Jonas- Mercy yang suka ngobrol sama kambing dan termuda adalah Samuel yang masih
bayi. William adalah pemeluk Kristen yang taat. Namun ia juga selalu merasa
bahwa cara beragamanya lah yang paling benar. Dengan jemaat gereja setempat ia
nggak rukun dan saling mengkafirkan.
Akibatnya William diusir dari desanya. Ia pun mengungsikan
keluarganya ke hutan. Di sana ia mencoba memulai hidup baru dengan bertanam
jagung dan berburu. Kebiasaan beribadahnya tetap meski udah nggak gabung
gereja. Mereka selalu menghafal kitab suci dan berdoa. Berburu pun isinya
rapalan ayat.
Suatu hari, Thomasin momong adik bayinya Samuel main
cilukba. Saat matanya ciluk (nutup), Samuel diculik penyihir bugil. Oleh si
penyihir, Samuel dicincang jadi body lotion. Konon body lotion dari baby oil
ini (yes it is literally oil from baby), bisa bikin mereka terbang.
William sebenarnya nggak becus bertani dan berburu.
Keluarganya mulai kelaparan. Tapi William terus mencekokinya dengan ajaran
agama. Istrinya sudah nggak betah dan nyaris gila. Selain masih meratapi
hilangnya Samuel, keluarga ini terancam kelaparan. Masalah makin runyam ketika
Caleb juga diculik penyihir dan kutukan jahat dibawa ke seluruh anggota
keluarga.
Mampukah William dan keluarganya mempertahankan iman di saat
lapar dan ujian jahat?
Bayangan saya soal penyihir barat itu tak pernah menakutkan.
Soalnya asupan masa kecil saya adalah majalah Bobo dan komik Walt Disney.
Bayangan saya selalu Juwita dan Si Sirik, Madam Mikmak dan paling-paling Snow
White & 7 Dwarfs. Snow White adalah gadis perawan (?) yang hidup tanpa
ikatan resmi dengan 7 kakek tua. Cucu bukan, istri juga enggak (kayaknya).
Film The Witch mencoba menceritakan ulang kisah-kisah seram
soal penyihir yang jadi bagian dari folklore lama. Penyihir yang tinggal di
hutan, naik sapu dan suka berburu orang coba dituturkan ulang lewat film ini. Kita
akan merasakan seolah-olah hidup dalam kengerian masa itu, lewat setting,
dialog dan bahkan visualisasi mencekam lewat gambar-gambar bersaturasi rendah.
The Witch bukan film
horror kacangan. Ia tak latah menghadirkan perang supranatural antara manusia
yang taat dan penyihir kafir. Perang sebenarnya adalah di dalam batin manusia
sendiri. Kita bisa merasakan itu ketika bencana tiba, masing-masing anggota
keluarga William tidak saling mempercayai. Satu per satu kebohongan diungkap. Tak
ada yang lugu di keluarga William.
Pesan moral yang saya dapat adalah, miskin itu bisa bikin iman jatuh hehehe bukan kemiskinan itu sendiri yang menghancurkan iman. Melainkan rapuhnya diri ketika kemiskinan menggerogoti kemandirian dalam mengambil keputusan.
Okay. Sekarang penilaian berimbang... J
APIKE:
-Visualisasi yang keren. Sinematografi yang sangat-sangat beautiful. Hutan yang luas
itu seakan malah bikin klaustrofobia. Bukan cuma karena aspect rationya namun
juga cekaman cerita. Apalagi dipadu dengan scoring gesekan strings yang
dissonance (melenceng).
-Disain kostum yang memukau. Nadyan muka para karakter masih
bersih-bersih dan giginya rapih, tapi kostum nampak seakan dari jamannya. Lungset
tak disetrika. Terasa otentik.
-Pembangunan konflik yang rapi dari awal ke tengah. Keluarga
taat yang kemudian terjatuh dalam godaan iblis.
-Casting yang perfect terutama William (diperankan oleh Ralph
Ineson). Deep voice-nya membuat saya melek untuk mengamati karakter ini lebih
daripada yang lain. Juga Caleb (Harvey Scrimshaw). Scrimshaw memerankan karakter
Caleb yang mulai puber dan galau. Sungguh repot hidup di keluarga bermoralitas
ketat namun di sisi lain harus menahan gejolak pubertas di depan kakaknya yang
sedang ranum. Rasa berdosa karena kecenderungan incest bertarung dengan
perjuangan mempertahankan iman. Catherine (Kate Dickie) terlihat sangat rentan
sebagai ibu yang peratap. Sejak Samuel diculik penyihir, Catherine yang
sebelumnya beriman mulai kufur selangkah demi selangkah.
-Black Philip adalah hal yang paling mencekam di film ini.
Bisa dibilang ngalah-ngalahin penyihirnya. Dia adalah seekor wedhus gibas eh maksudnya
kambing hitam. Black Philip hanya mau
bicara sama si kembar Jonas-Mercy. Dialah yang jadi katalisator fitnah antara masing-masing anggota keluarga.
KURANGE:
-Kadang The Witch kurang tegas mengenai apa yang
disampaikan? Apakah soal iman vs kekufuran? Soal dosa dan penebusan? Soal
korupnya manusia yang sok beriman? Ya tone-tone itu ada dan bagi saya kurang
nggigit pesannya.
-Thomasin (Anya Taylor-Joy) adalah karakter yang mustinya
bisa lebih selain menjual keranuman. Dia adalah kunci cerita namun rasanya
potensinya kurang keluar semuanya. Kalo bugilnya kurang total sih saya maklum
hehehe soalnya ini bukan film yang tepat untuk jual aurat.
-Karakter penyihir nggak terlalu dapat panggung. Ngapain sih
mereka? This can be bad or good. Mereka misterius, nggak jelas maunya, nggak
jelas modus operandinya. Emang sih kemisteriusan bisa bikin suasana tambah
horror, tapi konsekuensinya kayak cuma jadi plot device yang kurang nyantol.
Cuma tempelan.
Jadi? Bagus nggak?
-BAGUS. Refreshing film horror yang mengangkat tema penyihir. Film penyihir terakhir yang saya tonton cuma Blair Witch Project belasan tahun silam.
-Recommended? SURE! Buat penggemar genre horror barat.
-
Post a Comment